Terkait statemen Gubernur Riau yang menyatakan bahwa maskapai
penerbangan milik Pemprov Riau Riau Air akan kembali terbang, mendapat komentar
pedas dari Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Riau. Menurut
Fitra, dioperasikannya kembali Riau Air hanya akal-akalan Pemprov Riau untuk
menguras dan menghambur-hamburkan APBD.
Fahriza, aktivis Fitra ketika dihubungi Suara Riau Selasa
(28/2/2012) menyebutkan, seharusnya sebelum dioperasikan kembali, harus ada
hasil audit menyeluruh terhadap Riau Air. Perlu kajian-kajian mendalam, karena
selama ini Riau Air hanya membebani APBD tanpa pernah sedikit pun memberikan
kontribusi. Padahal dana APBD yang dikucurkan untuk Riau Air sudah sangat
besar.
“Kalau mau dioperasikan kembali, kita lihat dananya dari
mana, ini hanya alasan untuk menguras APBD,” kata Fahriza.
Beberapa waktu lalu, statemen Pemprov Riau adanya investor
yang ingin mengucurkan modalnya untuk Riau Air juga dipertanyakan. Bahwasannya,
untuk menanamkan investasi pengusaha akan meilhat dari kacamata bisnis, ada
kajian untung rugi.
Sementara Riau Air sendiri selama ini menurut Fahriza
memiliki track record yang sangat buruk bila ingin berinvestasi. “Dulu
disebut-sebut ada investor yang ingin berinvestasi di Riau Air itu mustahil.
Lihat saja kondisi Riau Air yang manajemennya tak jelas, hutang kepada pemilik
pesawat yang disewanya, juga gaji karyawan yang dirumahkan belum selesai
dibayarkan,” kata Fahriza.
Tambah Fahriza lagi, jika pejabat Riau tetap ngotot
mempertahankan Riau Air, seharusnya pejabat-pejabat di Riau ini ingin terbang
mereka komitmen untuk menggunakan Riau Air. “Mereka bercuap-cuap untuk mempertahankan
Riau Air masyarakat harus terbang dengan Riau Air, tapi mereka sendiri takut
terbang dengan Riau Air, karena mereka sadar Riau Air tak layak ditumpangi,”
tegasnya.
Seperti diketahui, dalam menutupi biaya operasionalnya,
perusahaan daerah milik Pemprov Riau ini bertahun-tahun menggunakan dana APBD.
Riau Air tercatat sebagai salah satu perusahaan daerah yang selalu “menetek”
kepada APBD dan tak pernah memberikan kontribusi bagi daerah.
Pengamat Ekonomi Riau Edyanus Herman Halim, terkait Riau Air
ini seperti penuturannya beberapa waktu lalu menyebutkan, bahwa bisnis
penerbangan di Indonesia sebenarnya memiliki prospek yang cerah. Namun itu,
untuk menggeluti bisnis penerbangan memerlukan modal dan investasi besar.
Dengan modal dan investasi yang besar tersebut, maka
perusahaan harus memiliki manajemen dan performance yang bagus. Untuk menambah
investasi di Riau Air, Edyanus Halim menyarankan agar dilakukan penilaian
melalui pendekatan yang jelas dan sah.
Riau Air perlu dinilai lebih mendalam. Dari aspek bisnis
harus benar-benar dikaji apakah menguntungkan atau justru merugikan. (Andi)